Minggu, 17 November 2013

Cara PenggambaranTtokoh

1. analitik; penggambaran secara langsung 2. dramatik; penggambaran secara tidak langsung a. penggambaran tempat tinggal/lingkungan tokoh b. perccakapan tokoh/tokoh lain c. pikiran sorang tokoh/tokoh lain d. perbuatan/tingkah laku tokoh

Selasa, 12 November 2013

Jadwal Kunjung Perpustakaan sebagai Upaya Meningkatkan Minat Baca Siswa (Inovasi Alternatif pada Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia)

Oleh: Ummu Fathin*) I. Pendahuluan A. Latar Belakang Hasil Ujian Nasional bahasa Indonesia yang kurang menggembirakan membuat kita bertanya-tanya. Ada apa dengan pelajaran bahasa Indonesia atau ada apa dengan siswa kita sehingga pelajaran yang notabene dianggap mudah oleh banyak orang bahkan oleh guru-guru, ternyata hasilnya dapat dikatakan tidak optimal? Penulis pernah bertanya pada siswa mengenai bagaimana sih soal pelajaran Bahasa Indonesia menurutnya. Jawaban siswa tersebut, "Saya malas mengerjakan soal Bahasa Indonesia karena kalimatnya panjang-panjang." Padahal kita tahu, pelajaran Bahasa Indonesia tidak hanya sekedar membaca, namun meliputi empat aspek yaitu membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara. Keempat aspek tersebut harus dikuasai. Dari sinilah penulis membuat praduga awal, apakah kesuksesan mengerjakan soal Ujian Nasional (secara khusus) dan kurangnya penguasaan siswa terhadap pelajaran Bahasa Indonesia (secara umum) berhubungan dengan minat baca? Kita semua tahu bahwa minat baca di negara kita masih rendah. Masih jauh bila dibandingkan dengan sebuah negeri yang digambarkan oleh Taufiq Ismail melalui puisinya "Di Negeri Mana Aku Berada". Dalam puisi itu digambarkan, orang-orang di kereta api, di ruang tunggu, di halte bus, di stasiun, di taman, tidak bisa lepas dari buku. Negeri tersebut tentu bukanlah Indonesia, karena kita tahu, bagaimana budaya masyarakat kita. Ironi! Dari latar belakang masalah di atas, kita melihat bahwa bagaimana menumbuhkan minat baca siswa menjadi suatu keniscayaan. Membaca di sini adalah membaca dengan memahami, bukan sekedar membaca deretan kata. Karena harapan lebih jauh dari pekerjaan “membaca” adalah terbukanya cakrawala berpikir. Bukankah buku adalah jendela dunia. Setelah membaca, ada pencerahan, sehingga diharapkan dapat merubah perilaku menjadi lebih baik. Alangkah ruginya kalau jarang membaca, apalagi tidak pernah. Mengapa? Karena begitu banyak buku yang terbit dan mudah kita dapatkan. Namun ternyata tak semua dapat kita nikmati. Alangkah ruginya! II. Pembahasan A. Analisis Masalah Dari uraian di atas, menunjukkan perlunya Inovasi pada pelajaran Bahasa Indonesia agar siswa mempunyai minat baca yang akhirnya mempunyai budaya membaca. Nah, apa kontribusi pelajaran Bahasa Indonesia dalam meningkatkan minat baca sehingga tercipta pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia yang efektif dan efisien? Pada buku Pengembangan Model KTSP disampaikan bahwa internalisasi pendidikan kecakapan hidup dalam semua mata pelajaran adalah dengan mengubah strategi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan dan tetode yang variatif sehingga memungkinkan pemanfaatan perpustakaan, laboratorium, dan sumber belajar lainnya. Lebih jauh lagi, siswa menjadi terbiasa mencari informasi dari berbagai sumber Sayangnya guru sendiri kurang mendorong siswa mengunjungi dan meminjam buku di perpustakaan sekolah. Kalau saja perpustakaan dapat dimanfaatkan dengan baik maka pelajar akan mendapatkan manfaat yang banyak. Tetapi di samping malasnya siswa itu sendiri juga karena terbatasnya koleksi buku-buku yang ada dan kurang menarik di dalam perpustakaan. Permasalahan yang lain adalah kurangnya jam kunjungan ke perpustakaan. Jam berkunjung siswa hanya pada saat istirahat saja, sedangkan waktu itu sering digunakan siswa untuk istirahat, ke kantin. Di samping itu pihak guru sendiri kurang begitu intensif mendorong siswa berkunjung ke perpustakaan. Salah satu alternatif yang ditawarkan adalah melalui jadwal (wajib) kunjung perpustakaan. Biarlah awalnya mereka melakukan hanya karena menggugurkan sebuah tugas, tetapi bukankah pekerjaan yang dilakukan dengan berulang nantinya akan membentuk sebuah kebiasaan. Tindakan berulang akan membentuk kebiasaan, kebiasaan itu akan menjadi karakter yang tanpa disadari akan mengarahkan menuju transformasi diri yang sempurna (Martian, 2010:71). Dalam hal ini semoga nantinya mereka akan menikmati, bahkan ingin mengunjungi perpustakaan itu untuk mereguk ilmu melalui buku-buku. B. Solusi Permasalahan Guru, pada pembelajaran active learning bertugas memberikan motivasi pada siswa. Bukan zamannya lagi guru sebagai satu-satunya sumber informasi. Dalam hal ini guru dapat memberikan gambaran kepada siswa, bahwa dengan buku kita bisa keliling dunia. Tentu sebagian dari kita pernah mendengar cerita dari pengarang Joni Arianta. Sewaktu beliau kecil, paling sebel ketika ada tugas dari guru Bahasa Indonesia untuk menceritakan tentang liburannya. Saat teman-temannya mengisahkan bagaimana mengesankan liburan di rumah kakek neneknya, namun tidak begitu dengan Joni yang neneknya, tinggal serumah. Apa yang akan diceritakan? Dari situlah Joni berlari ke perpustakaan. Membaca banyak buku, seakan-akan dia mengunjungi tempat yang diceritakan pada buku yang dibacanya. Sehingga ketika disuruh gurunya untuk mengarang, Joni membuat karangan yang menghebohkan. Dia bercerita bahwa dia mengisi liburannya dengan keliling dunia. Fantastis! Bagaimana realisasi jadwal kunjung perpustakaan. Dari 6 jam pelajaran Bahasa Indonesia dalam seminggu, waktu 2 jam pelajaran dapat kita gunakan untuk kunjungan perpustakaan. Mengunjungi perpustakaan di sini tidak sekedar mengunjungi tanpa tujuan terencana, melainkan jadwal kunjung yang dipadukan materi pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Guru harus dapat memetakan siswa, mengenai materi manakah yang dapat dipadukan dengan jadwal kunjung perpustakaan. Menurut Muhaimin, dkk (2010: 326) demi perkembangan kurikulum guru mata pelajaran diharuskan membuat perangkat pembelajaran secara terpadu. Matode pembelajaran itu sendiri seharusnya bervariasi, inovatif, dan tepat intuk mencapai tujuan pembelajaran dengan cara efektif dan efisien dalam menggunakan fasilitas, peralatan, dan alat bantu yang tersedia. Kaitannya dengan jadwal kunjung perpustakaan, materi yang dapat dipadukan antara lain: resensi, daftar pustaka, mencari unsur intrinsik dan ekstrinsik karya sastra, menceritakan kembali cerita yang dibaca, ketrampilan aplikatif seperti membuat contoh lamaran pekerjaan, membuat naskah pidato, menulis karya sastra maupun karya ilmiah. Awalnya, dapat melalui tugas mencari buku yang disukai. Untuk selanjutnya, dapat melalui tugas mencari buku yang batasannya ditentukan oleh guru. Berikut ini beberapa materi pelajaran bahasa Indonesia yang dapat dipadukan dengan jadwal kunjung perpustakaan. 1. Menceritakan kembali cerita yang dibaca. Sebelum siswa diminta menuju perpustakaan, siswa kita berikan kertas disertai job diskripsi tugas. Sehingga siswa tidak bingung mengenai apa yang harus dilakukan ketika sudah di perpustakaan. Biarkan siswa memilih buku sesuai keinginannya tanpa dibatasi. Target awalnya siswa “mau tahu” akan keberadaan buku. Minimal menyentuh dan membaca-baca secara sekilas. 2. Mencari unsur intrinsik karya sastra Misalnya siswa diminta mencari buku kumpulan cerpen, kumpulan cerpen, novelet, atau bahkan novel. Siswa diminta membuat kelompok kecil dan diberikan teori terlebih dahulu mengenai unsur intrinsik. Karena membaca novel diperlukan waktu yang tidak sedikit, tugas ini dapat dilanjutkan di rumah. Sebagai tambahan siswa dapat diminta latihan menulis sinopsis atau rangkuman buku yang telah dibacanya dan memberikan sedikit komentar. 3. Menulis resensi buku-buku yang ada di perpustakaan Siswa diberikan teori dan tahapan tentang resensi buku. Untuk awal, formatnya dibuat sederhana. Yang penting siswa mau membaca buku secara keseluruhan dan dapat memberikan komentar singkat. Dapat pula diselipkan materi bagaimana membuat daftar pustaka. 4. Tugas yang aplikatif Meminta siswa melakukan kegiatan portofolio yang bahannya ada di perpustakaan. Misalnya, siswa diminta membuat surat lamaran pekerjaan, mencari bahan menulis artikel, atau menulis naskah pidato. 5. Melalui lomba yang berkaitan dengan perpustakaan Agar siswa mempunyai "greget" membaca, sesekali diadakan lomba yang berkaitan dengan jadwal kunjung perpustakaan. Misalnya lomba resensi buku, lomba membuat sinopsis cerita, lomba membuat ikhtisar buku, bercerita/mendongeng, yang semua bahannya ada di perpustakaan. Perpustakaan sebagai penunjang utama program jadwal kunjung perpustakaan, harus dibuat senyaman mungkin sehingga siswa merasa nyaman, betah, dan merindukan perpustakaan. Misalnya, ruang baca jangan terlalu panas, ada alunan musik tertentu, ruangan yang bersih dan terang, rak buku yang mudah dijangkau, ada ruang duduk yang nyaman walau hanya lesehan, ada komputer yang dapat membantu siswa dalam mencari buku yang diinginkan, katalog yang lengkap. Dan yang lebih penting adalah bacaan yang lengkap, disertai buku-buku terbaru sehingga perpustakaan mempunyai daya pikat tersendiri. Paparan di atas menunjukkan betapa pentingnya jadwal kunjung perpustakaan dalam rangka meningkatkan minat baca, sehingga siswa mempunyai budaya membaca yang merupakan salah satu unsur penting dalam pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Oleh karena itu jadwal kunjung perpustakaan ini dapat dijadikan alternatif pada pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia agar proses belajar mengajar berjalan efektif dan efisien. Lebih jauh lagi, diharapkan penguasaan siswa terhadap pelajaran bahasa Indonesia dapat tercapai secara optimal, yang akan berimbas pula pada kesuksesan dalam mengerjakan soal Ujian Nasional. Semoga! III. Penutup A. Simpulan Melalui jadwal kunjung perpustakaan ini diharapkan pada akhirnya siswa melakukannya karena disuruh, atau sekedar sebagai “penggugur” tugas namun merasa butuh. B. Saran Jadwal kunjungan perpustakaan ini perlu diterapkan oleh guru-guru pengampu mata pelajaran bahasa Indonesia sebagai inovasi pada pembelajaran Bahasa Indonesia. IV. Daftar Pustaka Alwi, Hasan. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Martian, Ryan. 2010. Funtastic Learning. Yogyakarta: Pro-You. Muhaimin, Sutiah, dan Sugeng Listyo. 2010. Pengembangan Model KTSP pada Sekolah dan Madrasah. Jakarta: Rajawali Press. http://www.tegalcyber.org. “………………”, diunduh tanggal 05/06/2010 pk 14.00. http://www.tegalinfo.com “Pendidikan”, diunduh tanggal 05/06/2010 pk 14.00.

Kemacetan di Bangjo Giwangan sebelah Selatan. (Contoh Surat Pembaca)

Jalan yang lancar terhindar kesemrawutan memudahkan bagi pengguna jalan raya. Saya cermati, belakangan ini Bangjo Giwangan sebelah Selatan seringkali terjadi kemacetan. Menurut saya kemacetan ini lebih disebabkan karena jalan yang tidak begitu lebar dengan kendaraan yang begitu banyak. Mengapa saya katakan demikian? Jalan ini hanya muat dilalui satu kendaraan roda empat dan satu kendaraan roda dua. Ditambah lagi tepi jalan sebelah Barat Jalan tidak rata dan belubang-lubang. Antrean kemacetan panjang inilah yang merupakan salah satu factor yang membuat banyak pengguna kendaraan terutama sepeda motor menjadi tidak sabar dan cenderung menyerobot jalan . Sebagai akibat, kendaraan dari arah Utara terganggu. Sementara itu pembatas jalan yang dipasang cenderung tidak efektif karena saya melihat banyak yang melanggar dan tidak ditindak apapun. Sebagai solusi, saya melihat sebelah Timur jalan, tepatnya depan Brimop, ada lahan (halaman) kosong yang cukup lebar. Saya mohon kepada pihak-pihak terkait untuk mempertimbangkan penggunaan lahan di depan Brimop. Terima kasih. Pengirim Yeti Islamawati, S.S. Guru MTsN LAB. UIN Yogyakarta Jalan Lingkar Timur Pranti Banguntapan Bantul DIY