Tadkiroatun Musfiroh
Penulis adalah Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Negeri Yogyakarta
A.
Pengertian
Suggestopedia
Suggestopedia berasal dari kata
suggestology, yaitu ilmu tentang pengaruh-pengaruh nonrational dan/atau nonconscious
pada manusia (Ricards, 1999: 142). Metode ini dikembangkan oleh Georgi Lozanov
(1978), seorang ahli fisika dan psikoterapi dari Bulgaria. Oleh karena itu,
suggestopedia juga dikenal dengan Metode Lozanov atau Belajar dan Mengajar
Sugestif-Akseleratif (Suggestive-Accelerative
Learning and Teaching). Lozanov percaya bahwa otak manusia mampu memproses
sejumlah banyak materi apabila diberikan kondisi yang tepat untuk belajar,
diantaranya relaksasi dan pemberian kontrol dan otoritas pada guru.
Ciri metode ini adalah menciptakan suasana
“sugestif”. Suatu contoh penerapannya menciptakan suasana yaitu dengan cahaya
yang lemah lembut, musik sayup-sayup, dekorasi-dekorasi ruangan yang ceria,
tempat duduk yang menyenangkan dan teknik-teknik dramatik yang digunakan oleh
guru dalam penyajian bahan pelajaran.
Tujuan dari metode ini adalah untuk membuat
para siswa santai (tidak tegang), yang memungkinkan mereka membuka hati mereka
secara sadar untuk belajar (bahasa) dengan nyaman dan tidak tertekan. Musik
digunakan sebagai alat untuk membantu siswa relaks dan menjadi panduan dalam
penyajian materi.
B.
Teknik
dan Komponen Suggestopedia
Teknik yang digunakan dalam suggestopedia
adalah memorization. Akan tetapi,
perlu ditegaskan di sini bahwa
memorisasi yang dimaksud bukanlah vocabulary
memorization tetapi memorization of grammar rules (Richards, 1999). Jadi, siswa tidak
diarahkan untuk menghafal kosa kata dan membiasakan ujaran, tetapi siswa
diarahkan pada tindakan komunikasi.
Menurut Richards (1999), ada enam komponen
penting dalam suggestopedia. Keenam komponen tersebut adalah sebagai berikut.
1. Otoritas
Lozanov percaya bahwa manusia akan lebih
ingat dan terpengaruh dengan informasi yang diperoleh dari sumber yang memiliki
otoritas. Oleh karena itu, dalam suggestopedia guru harus memiliki otoritas
yang besar.
2. Infantilization
Yang dimaksud dengan infatilization adalah hubungan antara guru dan siswa sebaiknya
seperti hubungan antara orangtua dengan anaknya.
3. Double-planedness
Siswa tidak hanya belajar dari instruksi
yang diberikan oleh guru, tetapi juga dari lingkungan di mana instruksi itu diberikan.
4. Intonasi
Intonasi dalam penyampaian materi digunakan
untuk mencegah kebosanan dan untuk mendramatisasi, mempengaruhi secara
emosional, serta memberikan makna pada materi linguistik.
5. Ritme
Fungsi ritme di sini sama dengan fungsi intonasi yang telah disebutkan sebelumnya.
6. Concert Pseudo-Passiveness
Intonasi dan ritme disesuaikan dengan musik
latarnya, sehingga dapat membantu siswa bersikap santai. Kondisi inilah yang
penting dalam pembelajaran, karena siswa tidak tegang dan kemampuan konsentrasi
meningkat.
C.
Kegiatan
dalam Suggestopedia
Rangkuman kegiatan KBM dengan metode
Suggestopedia dijelaskan oleh Ommagio (1986) adalah sebagai berikut.
1. Diadakan tinjauan kembali atas bahan-bahan
yang telah dipelajari sebelumnya, secara eksklusif dalam bahasa baru. Permainan dan lakon pendek yang lucu
seringkali digunakan dengan tujuan tertentu. Akan tetapi, praktek
mekanistik tetap dihindari dan dijauhi.
2. Bahan
baru disajikan dalam konteks dialog-dialog panjang, yang diperkenalkan atau
dilanjutkan dalam dua fase “konser”. Dialog-dialog tersebut menggambarkan
situasi-situasi pemakaian bahasa khas dalam budaya sasaran. Dialog-dialog itu
disusun sedemikian rupa sehingga mempunyai kesinambungan dalam alur dan
hubungan, dalam plot dan konteks di seluruh pelajaran. Para tokoh dalam dialog
diberi nama yang bersajak dan mempunyai beraneka ragam pribadi dan profesi yang
menarik hati. Dalam fase aktivasi para siswa dapat mengadopsi peranan para tokoh ini bagi kegiatan
latihan/praktek bahasa. Dalam “ konser aktif”, para siswa mendengarkan musik
pada saat guru membacakan baris-baris dialog, biasanya sati pada satu waktu
para siswa mengikuti dengan menyimak dalam buku. Selanjutnya dengan “konser
pasif”, para siswa menyimak
pada pembacaan teks kembali oleh guru dengan nada yang bervariasi dan diiringi
dengan musik yang sayup-sayup. Kedua fase ini dirancang untuk memungkinkan
siswa menyerap bahan-bahan pelajaran baru pada tingkat sadar, tingkat bawah
sadar.
3. Fase
aktivasi, fase ini mengikutsertakan siswa dalam bermain peran dan
kegiatan-kegiatan praktek untuk mengaktifkan atau mempraktekkan bahan-bahan
yang telah dipelajari.
Menurut Richards dan Rodgers kegiatan
pengajaran bahasa dengan sugggestopedia terdiri atas tiga bagian.
a. Diadakan
tinjauan kembali atau mengulang bahan pelajaran hari sebelumnya. Ini dilakukan dalam bentuk percakapan, permainan,
sketsa, cerita lucu dan acting. Bila siswa membuat kesalahan, ia dibetulkan
tetapi dengan nada yang mendorong ke arah positif. Pada bagian ini,
praktik yang mekanistik harus dihindari.
b. Bahan
baru disajikan dalam konteks melalui dialog-dialog panjang dan caranya tidak
jauh berbeda dengan cara yang tradisional; bahan-bahan disajikan, dan
diperagakan, diikuti dengan keterangan kata-kata baru dan tata bahasa. Dialog
yang dipergunakan sebagai bahan pembelajaran, harus relevan, riil, menarik, dan
dipergunakan sesuai dengan isinya.
c.
Séance adalah pertemuan yang tujuannya untuk reinforcement bahan baru pada taraf
bawah sadar. Kegiatan séance ini terdiri dari dua macam, yang aktif dan yang
pasif. Kegiatan ini
berlangsung selama satu jam.
Agar metode ini dapat dipraktikan secara efektif, menurut Bancroft (1978)
dan Krashen (1986), ada 3 unsur yang harus dipenuhi, antara lain sebagai
berikut:
1.
ruang
kelas yang menarik atau atraktif (dengan cahaya lembut) dan suasana kelas yang
menyenangkan;
2.
guru
yang berkepribadian dinamis yang mampu memerankan bahan dan memberikan motivasi
pada para siswa untuk belajar; dan
3.
para
siswa yang siap-siaga dalam kesantaian.
Pada
umumnya, bahan pelajaran diberikan dalam bentuk dialog yang sangat panjang.
Dialog pada suggestopedia mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a) penekanan
pada kosakata dan isi, b) dasar pembuatan dialog adalah keadaan atau peristiwa
hidup yang riil, c) baru secara emosional relevan, d) kata-kata yang diberi
garis bawah dan disertai transkripsi fonetis untuk lafalnya.
Metode
ini mencakup suasana sugestif di tempat penerapannya, dengan cahaya yang lemah
lembut, musik yang sayup-sayup, dekorasi ruangan yang ceria, tempat duduk yang
menyenangkan, dan teknik-teknik dramatik yang dipergunakan oleh guru dalam
penyajian bahan pembelajaran. Semua itu secara total bertujuan membuat para
pembelajar santai, yang memungkinkan mereka membuka hati untuk belajar bahasa
dalam suatu model yang tidak menekan atau membebani para siswa.
Tabel 7.
Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis
Suggestopedia
(Rambu-Rambu Penyusunan RPP dan Pelaksanaan
Pembelajaran Sugestopedia)
SUGGESTOPEDIA
ASLI
|
SUGGESTOPEDIA
ADAPTASI
|
1.
Presentation
A preparatory stage
(anak dibantu untuk relaks dan menuju
frame positif) (mind and feeling) bahwa belajar akan dibuat
lebih mudah & menyenangkan.
2.
First Concert—“Active Concert”
Presentasi aktif
dari materi yang diajarkan, misal: membacakan teks drama disertai musik
klasik
3.
Second Concert—“Passive Review”
Anak diajak relaks
dan mendengarkan musik, dengan teks yang dibacakan dengan sangat pelan. Musik
dipilih yang mampu menghantarkan siswa ke kerja mental yang terbaik agar
mampu memahami materi pembelajaran dengan lebih mudah.
4.
Practice
Menggunakan permainan, puzzle,
untuk mereview dan menguatkan kembali
apa yang dipelajari.
|
1.
Persiapan
Ice-breaking, motivasi, penjelasan
secara sugestif, tujuan & metode. Secara fisik, kelas dibuat lebih
berwarna, lebih segar, dan lebih
2.
Konser awal
Kegiatan menyimak materi langsung
dari guru (media berbasis manusia), dari radio, dari rekaman, atau dari
model. Suara dibuat jelas, jeda pas, volume sesuai, dan suara bulat dan kuat.
Musik secara tersamar terdengar. Anak-anak boleh menyimak dengan perhatian
seluruh indera, boleh dengan memejamkan mata, boleh dengan membentuk peta
konsep imajinatif.
3.
Konser akhir
Kegiatan
menyimak diulang. Musik sedikit dikeraskan dan materi menyimak lebih pelan.
Anak berada pada posisi santai dan sangat dianjurkan menutup mata.
4.
Praktik
Anak membuat mind-map, menjawab
pertanyaan simakan, atau menceritakan
kembali, atau membuat ulasan terhadap bahan simakan.
|
Tabel 8.
Pedoman Observasi dalam penyusunan RPP
KEGIATAN AKHIR DALAM SUGGESTOPEDIA
|
DESKRIPSI
INSTRUMEN
|
Mind-Map
|
Guru membuat
rambu-rambu pada awal dan dijelaskan pada saat konser secara suggestif.
Guru menyiapkan
bahan simakan lalu membuat peta-konsep yang baku.
Guru mengevaluasi
peta konsep yang dibuat anak dengan teknik tertentu, langsung guru atau
kooperatif.
|
Menjawab Pertanyaan
|
Guru menyiapkan materi simakan lalu membuat pertanyaan dengan tingkat
kognisi berjenjang. Tes dibuat dalam bentuk objektif.
Guru memberikan tes pada saat anak-anak selesai konser kedua.
Guru memberikan skor.
Tes diujikan dulu di kelas lain untuk dilakukan validitas dan uji reliabilitas.
Tes menggunakan rumus
tertentu.
|
Menceritakan Kembali
|
Guru menyiapkan
bahan simakan lalu membuat poin-poin yang kemudian dikembangkan menjadi
ringkasan dan poin penilaian.
Guru meminta ahli untuk memvalidasi poin penilaian
Guru mengujikan point dan ringkasannya kepada kelas lain
Guru memberikan tugas kepada anak pada sesi praktik
Guru menilai tugas anak dengan menggunakan instrumen yang dibuat.
|
Membuat ulasan
|
Guru menyiapkan
bahan simakan lalu membuat contoh ulasan dan poin-poin penilaian.
Guru meminta ahli
untuk memvalidasi poin penilaian.
Guru memberikan rambu-rambu cara membuat ulasan saat konser kedua.
Guru memberikan tugas membuat ulasan pada sesi praktik
Guru menilai tugas siswa dengan melihat pada ulasan guru dan poin-point
penilaian.
|
DAFTAR PUSTAKA
Achsin, Amir.
1981. Pengajaran Menyimak. Jakarta:
P3G
Bormann, Ernest G dan Nancy C. Bormann. 1989. Retorika Edisi Kempat. Jakarta: Erlangga
Brown, H. D. 2001. Teaching by Principles: An Interactive
Approach to Language Pedagogy. New York: Pearson Education
Clark,
Harbert & Clark, Eve V. 1977. Psychology
and Language: An Introduction to Psycholinguistics. New York: Harcourt
Brace Jovanovich, Inc.
Das Bikram
K. 1988. Material For Language Learning
and Teaching. Singapore : SEAMEO. Regional Language Centre
Departemen
Pendidikan clan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Proyek Pengembangan Institut Pendidikan
Tinggi. 1988. Menyimak dan Pengajarannya.
Lilian M. Logan clan Virgil G. Logan. 1972.
Creative Communication Teaching the
Language Arts. Toronto-New York: Mc Graw-Hill Rysorn Ltd.
Montgomery.
Robert L. 1983. Teknik Mendengarkan yang Efektif dalam
Berkomunikasi. Jakarta
: PT Uptake Binaan Pressindo.
Nunan,
David. 1989. Design Task For The
Communication Classroom. Penerbit: The Press Syndicate of The University of
Cambridge.
Nunan,
David. 1991. Language Teaching
Methodology. New York: Prentice Hall.
Ommagio, Alice C. 1986. Teaching
Language in Context Inc. Boston
: Massachusetts 02116 USA: Heinle & Heinle.
Pauk, Walter. 1984.
"Sistem Pencatatan Kuliah" dalam Kemajuan Studi No. 3 Tahun 1984.
Rivers, Wilga M. 1968. Teaching
Foreign Language Skills. Chicago and London : The University of Chicago
Press.
.
Richards, Jack C & Theodore S. Rodgers. 1999. Approaches and Methods in Language Teaching: a Description and Analysis.
Cambridge: Cambridge University Press.
Underwood, Marry. 1989. Teaching
Listening. London : Longman.
Ur, Penny. 1984. Teaching Listening
Comprehension. Cambridge : Cambridge University Press.
Penulis adalah Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Negeri Yogyakarta
good
BalasHapus