Yeti Islamawati
Siswa-siswa
saya, lebih menyukai unjuk kerja dari pada sekedar materi. Mereka seperti sisa energi
di kelas jika tidak ada proyek. Sisa energi yang saya maksud di sini, mereka
lebih banyak ramai di kelas, sibuk dengan urusan masing-masing. Ujung-ujungnya
tidak nyambung dengan materi. Oleh karena itu saya berusaha mencoba cara
penyampaian yang pas bagi mereka.
Dalam
menyampaikan sebuah materi, saya lebih menyukai menyampaikan satu materi sampai
tuntas. Materi drama yang pelajari di kelas, formatnya meliputi:
1.
Pengertian drama
2.
Unsur-unsur dan ciri-ciri drama
3.
Membaca naskah drama
4.
Menganalisis naskah drama
5.
Menyadur cerpen menjadi naskah drama
6.
Menulis naskah drama
7.
Menyunting naskah drama
8.
Mementaskan drama
9.
Mengevaluasi pementasan drama
Untuk poin
pertama dan kedua, saya biasa membawa KBBI ke kelas. Saya minta salah seorang
anak untuk mencari arti drama dari KBBI. Biasanya mereka saling berebut. Jadi
saya lanjutkan penggunaan kamus untuk mencari pengertian dari masing-masing unsur
drama sebagai karya yang dipentaskan drama dari KBBI. Misalnya saja pengertian
dari:
- naskah cerita
- aktor atau pemeran
- panggung
- tata lampu
- ilustrasi
- kostum dan tata arias
Adapun mengenai
ciri-ciri drama, saya sampaikan secara singkat:
-
Adanya dialog atau percakapan yang dilakukan
para pelaku drama.
-
Penulisannya menggunakan titik dua (:) untuk
memisahkan nama pelaku dan dialognya.
Begitu pula
dengan unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik karena sudah tidak asing bagi
mereka, mengingat sudah sering dipelajari dalam karya sastra yang lain seperti
cerpen dan novel.
-
Unsur intrinsik: tema, alur, penokohan,
perwatakan,setting, amanat, sudut
pandang
-
Unsur ekstrinsik: latar budaya pengarang, latar
pendidikan pengarang
Poin ketiga dan
keempat, saya minta mereka membaca naskah drama yang ada di buku paket,
dilanjutkan dengan menganalisis drama tersebut. Kemudian kami bahas
bersama-sama. Untuk unjuk kerja berikutnya, saya bagi kelas menjadi
kelompok-kelompok kecil, masing-masing menganalisis teks drama yang berbeda
antara kelompok satu dengan yang lain. Ini untuk mengantisipasi kebiasaan
contek-menyontek. Nantinya dilanjutkan dengan presentasi masing-masing kelompok.
Kelas tidak ada yang mengantuk.
Poin kelima,
saya meminta siswa untuk mencari cerita pendek dari koran atau dari majalah.
Saya biarkan masing-masing memilih cerita yang diinginkan. Mereka praktek
menyadur, berbekal teori yang saya sampaikan sebelumnya. Paling tidak mereka
dapat menuliskan dialog-dialog, disertai prolog dan epilog, termasuk petunjuk
teknis.
Untuk poin
keenam, yaitu menulis naskah drama, sebelumnya saya minta siswa membuat
karangan tentang pengalaman hidup yang pernah dialami. Saya hanya memancing
dengan pernyataan, “Dalam hidup, kita tentu mempunyai pengalaman yang beraneka
warna. Misalnya pengalaman membahagiakan, menyadihkan, mengharukan,
membanggakan, mengecewakan, menggelikan, bahkan memalukan.” Kemudian saya minta
mereka memilih salah satu untuk kemudian mereka ceritakan. Langkah selanjutnya
membiarkan mereka menyadur seperti pada poin sebelumnya.
Untuk poin
ketujuh yaitu menyunting naskah drama, saya minta hasil karangan drama mereka
ditukarkan untuk dikoreksi oleh teman yang lain. Ini biasanya akan heboh,
karena mereka saya perbolehkan menilai hasil karangan drama temannya. Penilaian
akhir tentu saja pada saya, selaku gurunya.
Poin kedelapan
inilah yang ditunggu siswa-siswa saya. Ibarat mesin diesel sudah cukup panas
untuk digunakan. Dari awal saya bahkan sudah memanas-manasi mereka untuk proyek
yang ini. Naskah yang dipentaskan adalah naskah buatan mereka sendiri. Tentu
saja ini kerja kelompok. Saya biarkan mereka memilih salah satu naskah dari
anggota kelompoknya dengan dikembangkan tentunya.
Tahun ini saya
mengusulkan kepada kepala sekolah untuk mengizinkan mereka pentas di acara
tutup tahun. Alhamdulillah disetujui.
Materi drama
diakhiri dengan evaluasi pementasan drama.
Memang asyik belajar drama di kelas kalau dipandu oleh guru yang memang suka drama (plus kreatif).
BalasHapusSemoga kita termasuk guru yang demikian, ya..
BalasHapusTulisan yang bagus, berdasarkan pengalaman praktis. Tp, tulisan poin mengapa ada t-nya ya? :-D
BalasHapusPak Sabjan, terimakasih atas komentar dan masukanya. Akan saya perbaiki.:)
BalasHapus