Yeti Islamawati
Saya
cukup tersentak ketika saya bertanya pada siswa saya mengenai apa itu tokoh protagonis
dan tokoh antagonis.
Jawaban
siswa saya kurang lebih begini, “Tokoh protagonist itu ya tokoh yang baik,
sedangkan antagonis itu yang jahat.”
Benarkah
demikian? Ternyata tidak selalu demikian.
Menurut
Burhan Nurgiyantoro (2002: 178) dalam bukunya Teori Pengkajian Fiksi, dilihat dari fungsi penampilan tokoh dapat
dibedakan ke dalam tokoh protagonis dan antagonis.
Dalam
membaca sebuah novel, pembaca seringkali mengidentifikasikan diri dengan tokoh
tertentu, memberikan simpati dan empati, melibatkan diri secara emosional
terhadap tokoh tersebut. Tokoh demikian oleh pembaca disebut sebagai tokoh protagonis.
Pengertian
lain dari tokoh protagonis ini ialah tokoh yang kita kagumi –yang salah satu
jenisnya secara popular disebut hero-
tokoh yang merupakan pengejawantahan norma-norma, nilai-nilai, yang ideal bagi
kita. Tokoh inilah yang menampilkan sesuatu yang sesuai dengan pandangan kita,
harapan-harapan kita, pembaca.
Adapun
tokoh penyebab terjadinya konflik disebut tokoh antagonis. Tokoh antagonis,
barangkali dapat disebut, tokoh yang beroposisi dengan tokoh protagonis, baik
secara langsung ataupun tak langsung, bersifat fisik maupun batin. Meskipun
demikian, konflik yang dialami oleh tokoh protagoni tidak harus hanya yang
disebabkan oleh tokoh antagonis pada orang. Dapat pula disebabkan oleh hal-hal
di luar individualitas seseorang, misalnya bencana alam, kecelakaan,
lingkuangan alam, social, aturan-aturan social, nilai-nilai moral, kekuasaan
dan kekuatan yang lebih tinggi, dan sebagainya.
Inilah yang dinamakan antagonistic force atau kekuatan antagonistis.
Bahkan mungkin sekali tokoh disebabkan oleh diri sendiri.
Dari
hal-hal di atas, kita dapat menyampaikan pada anak didik jika ternyata
pemahaman mereka masih kurang tepat. Memang tidak mudah menentukan
tokoh-tokoh cerita ke dalam protagonist dan
antagonis. Paling tidak orang bisa beda pendapat. Tokoh penjahat, misalnya,
mungkin sekali ia akan diberi rasa simpati oleh pembaca, jika ditulis dari
kacamata si penjahat itu.
Secara
sederhana dapat kita sampaikan cerita sederhana pada film-film India misalnya.
Kita sering menyaksikan ada tokoh yang dikejar-kejar polisi. Walaupun tokoh yang kita kagumi itu yang
bersalah, kita tetap akan memihak tokoh tersebut.
Semoga
tercerahkan.
tapi, bukankah secara umum tokoh protagonis merupakan tokoh yang baik?
BalasHapusTidak selalu, An. Gampangnya tokoh yang kita berpihak padanya, itu tokoh protagonis. Mungkin memang lebih banyak tokoh protagonis digambarkan sebagai tokoh yang baik. Sekali lagi, tergantung dari mana kacamata si pembuat cerita.
BalasHapusKalo misalnya, tokoh utama dari cerita tersebut adalah sang pencuri. dan yang melawannya adalah sang polisi, berarti yang mana protagonist yang mana yang antagonist?
BalasHapus