Kamis, 20 Oktober 2011

Tokoh Protagonis vs Tokoh Antagonis


 Yeti Islamawati
Saya cukup tersentak ketika saya bertanya pada siswa saya mengenai apa itu tokoh protagonis dan tokoh antagonis.
Jawaban siswa saya kurang lebih begini, “Tokoh protagonist itu ya tokoh yang baik, sedangkan antagonis itu yang jahat.”
Benarkah demikian? Ternyata tidak selalu demikian.
Menurut Burhan Nurgiyantoro (2002: 178) dalam bukunya Teori Pengkajian Fiksi, dilihat dari fungsi penampilan tokoh dapat dibedakan ke dalam tokoh protagonis dan antagonis.
Dalam membaca sebuah novel, pembaca seringkali mengidentifikasikan diri dengan tokoh tertentu, memberikan simpati dan empati, melibatkan diri secara emosional terhadap tokoh tersebut. Tokoh demikian oleh pembaca disebut sebagai tokoh protagonis.
Pengertian lain dari tokoh protagonis ini ialah tokoh yang kita kagumi –yang salah satu jenisnya secara popular disebut hero- tokoh yang merupakan pengejawantahan norma-norma, nilai-nilai, yang ideal bagi kita. Tokoh inilah yang menampilkan sesuatu yang sesuai dengan pandangan kita, harapan-harapan kita, pembaca.
Adapun tokoh penyebab terjadinya konflik disebut tokoh antagonis. Tokoh antagonis, barangkali dapat disebut, tokoh yang beroposisi dengan tokoh protagonis, baik secara langsung ataupun tak langsung, bersifat fisik maupun batin. Meskipun demikian, konflik yang dialami oleh tokoh protagoni tidak harus hanya yang disebabkan oleh tokoh antagonis pada orang. Dapat pula disebabkan oleh hal-hal di luar individualitas seseorang, misalnya bencana alam, kecelakaan, lingkuangan alam, social, aturan-aturan social, nilai-nilai moral, kekuasaan dan kekuatan yang lebih tinggi, dan sebagainya.  Inilah yang dinamakan antagonistic force atau kekuatan antagonistis. Bahkan mungkin sekali tokoh disebabkan oleh diri sendiri.
Dari hal-hal di atas, kita dapat menyampaikan pada anak didik jika ternyata pemahaman mereka masih kurang tepat. Memang tidak mudah menentukan tokoh-tokoh  cerita ke dalam protagonist dan antagonis. Paling tidak orang bisa beda pendapat. Tokoh penjahat, misalnya, mungkin sekali ia akan diberi rasa simpati oleh pembaca, jika ditulis dari kacamata si penjahat itu.
Secara sederhana dapat kita sampaikan cerita sederhana pada film-film India misalnya. Kita sering menyaksikan ada tokoh yang dikejar-kejar polisi.  Walaupun tokoh yang kita kagumi itu yang bersalah, kita tetap akan memihak tokoh tersebut.
Semoga tercerahkan.

3 komentar:

  1. tapi, bukankah secara umum tokoh protagonis merupakan tokoh yang baik?

    BalasHapus
  2. Tidak selalu, An. Gampangnya tokoh yang kita berpihak padanya, itu tokoh protagonis. Mungkin memang lebih banyak tokoh protagonis digambarkan sebagai tokoh yang baik. Sekali lagi, tergantung dari mana kacamata si pembuat cerita.

    BalasHapus
  3. Kalo misalnya, tokoh utama dari cerita tersebut adalah sang pencuri. dan yang melawannya adalah sang polisi, berarti yang mana protagonist yang mana yang antagonist?

    BalasHapus